Pages

Monday, September 30, 2019

Lubang Buaya, Akhir Tragedi Berdarah Gerakan 30 September 1965

Liputan6.com, Jakarta - Lubang buaya adalah saksi bisu pembantaian para jenderal pada 30 September 1965. Dalam tragedi itu, tujuh pahlawan revolusi yang gugur dibuang ke dalam sumur berdiameter 75 sentimeter dengan kedalaman 12 meter.

Sebelum peristiwa 30 September 1965, PKI telah melakukan beberapa persiapan yaitu melatih Pemuda Rakyat dan Gerwani. Kemudian, menyebarkan desas-desus tentang adanya Dewan Jenderal yang akan merebut kekuasaan pemerintahan.

Dewan Jenderal adalah sebuah nama yang ditujukan untuk menuduh beberapa jenderal TNI AD yang akan melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno pada Hari ABRI, 5 Oktober 1965.

Situasi semakin memanas ketika berkembang isu bahwa Dewan Jenderal merencanakan pameran kekuatan (machts-vertoon) pada hari Angkatan Bersenjata 5 Oktober 1965 dengan mendatangkan pasukan-pasukan dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Sesudah terkonsentrasinya kekuatan militer yang besar ini di Jakarta, Dewan Jenderal bahkan telah merencanakan melakukan coup kontra-revolusioner.

Alex Dinuth (1997) dalam Dokumen Terpilih Sekitar G.30.S/PKI menyebutkan, susunan Kabinet Dewan Jenderal yang sudah disiapkan, terdiri dari:

1. Perdana Menteri: Jendral A.H. Nasution

2. Wakil Perdana Menteri/Menteri Pertahanan: Letjen Ahmad Yani

3. Menteri Dalam Negeri: R.M. Hadisubeno Sosrowerdojo (Politikus Partai Nasional Indonesia, Mantan Gubernur Jawa Tengah, Mantan Walikota Semarang)

4. Menteri Luar Negeri: Roeslan Abdulgani (Politikus Partai Nasional Indonesia)

5. Menteri Hubungan Perdagangan: Brigjen Ahmad Sukendro

6. Menteri /Jaksa Agung: Mayjen S. Parman

7. Menteri Agama: K.H. Rusli

8. Menteri / Panglima Angkatan Darat: Mayjen Ibrahim Adjie (Pangdam Siliwangi waktu itu)

9. Menteri / Panglima Angkatan Laut: tidak diketahui

10. Menteri / Panglima Angkatan Udara: Marsekal Madya Rusmin Nurjadin

11. Menteri / Panglima Angkatan Kepolisian: Mayjen Pol. Jasin

Pimpinan PKI DN Aidit membicarakan isu Dewan Jenderal dengan Subandrio yang merangkap ketua BPI (Badan Pusat Intelijen). Isu itu sampai ke telinga Presiden Soekarno. Bung Karno kemudian menanyakan kepada Pangad Letjen. A. Yani: "Apa benar ada Dewan Jenderal dalam Angkatan Darat, antara lain, untuk menilai kebijaksanaan yang telah saya gariskan?"

Jenderal Yani menjawab, "Tidak benar, Pak. Yang ada ialah Wanjakti (Dewan Jabatan dan Kepangkatan Perwira Tinggi). Dewan ini mengurus jabatan dan kepangkatan perwira-perwira Tinggi Angkatan Darat,".

Lalu isu itu dikembangkan lagi dengan menyebutkan, ada jenderal-jenderal yang tidak loyal pada Pemimpin Besar Revolusi. Dewan Jenderal akan mengadakan coup kontra-revolusioner. Isu itu berkembang sekitar Mei, Juni dan Juli, mencapai puncaknya pada bulan Agustus dan September 1965.

Seperti dikutip dari Sekretariat Negara RI: "Gerakan 30 September, Pemberontakan Partai Komunis Indonesia - Latar belakang, aksi dan penumpasannya", tanggal 4 Agustus 1965, Presiden Soekarno jatuh pingsan dan muntah-muntah. Menurut dokter terdapat dua kemungkinan dengan kondisi Soekarno yaitu beliau akan wafat atau akan menjadi lumpuh.

Rupanya kejadian ini menimbulkan pikiran Pimpinan PKI, DN Aidit yang baru kembali dari Moskow dan Peking untuk merebut kekuasaan.

Tampaknya ia berpikir, lebih baik mendahului daripada didahului oleh TNI AD. PKI kemudian melaksanakan rapat dalam rangka menentukan langkah-langkah yang dianggap tepat. Rapat yang dilaksanakan tersebut adalah:

1. Tanggal 6 September 1965 membicarakan mengenai situasi umum dan sakitnya Presiden Soekarno.

2. Tanggal 9 September 1965 membicarakan kesepakatan bersama untuk turut serta dalam mengadakan gerakan dan mengadakan tukar pikiran tentang taktik pelaksanaan gerakan.

3. Tanggal 13 September 1965 tentang peninjauan kesatuan yang ada di Jakarta.

4. Tanggal 15 September 1965, di antaranya membicarakan persoalan kesatua-kesatuan yang akan diajak serta dalam gerakannya.

5. Tanggal 17 September 1965 membicarakan tentang kesatuan yang sudah sanggup dalam gerakan seperti yang disediakan oleh Kol. Inf. A. Latief, Mayor Udara Sujono.

6. Tanggal 19 September 1965 membahas gerakan-gerakan di bidang politik, militer, dan observasi dengan Sjamkamarujaman ditunjuk sebagai koordinatornya.

7. Tanggal 22 September 1965 penentuan sasaran para perwira tinggi Angkatan Darat.

8. Tanggal 24 September 1965 memantapkan kesanggupan dan kesediaan tenaga-tenaga yang telah ditetapkan sebagai pimpinan pasukan-pasukan yang akan digerakkan.

9. Tanggal 26 September 1965 pemantapan terhadap rapat sebelumnya.

10. Tanggal 29 September 1965 penetapan nama gerakannya yaitu Gerakan 30 September dan putusan perubahan hari H dan jam J yang dibuat oleh Sjam.

Saat Tragedi Berdarah

Gerakan G30S ini juga melibatkan sebagian pasukan Tjakrabirawa. Adalah Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Letkol Untung Syamsuri yang memimpin gerakan ini.

Seperti dikutip dari Merdeka.com, Petrik Matanasi, penulis buku, "Tjakrabirawa", Untung memanfaatkan hari ulang tahun ABRI yang jatuh pada 5 Oktober untuk menggalang kekuatan pada 30 September 1965. Dalam peringatan HUT ABRI, dia ditunjuk sebagai pengatur parade pasukan. Posisi ini membuat dia punya kesempatan mengontak bekas anak buahnya di Kodam Diponegoro.

Pasukan G30S dibagi dalam tiga kelompok yakni Pasopati, Bimasakti dan Pringgodani dan dipimpin perwira dari Tjakrabirawa, anak buah Untung.

Pasopati dalam penculikan membunuh langsung tujuh Jenderal AD yang akan diculik. Sebelumnya ada 8 Jenderal yang akan diculik. Namun satu nama, Brigadir Jenderal Ahmad Soekendro lolos karena sedang melawat ke China. Satuan Pasopati terdiri dari 250 anggota Tjakrabirawa.

Sersan Mayor Boengkoes, anggota resimen Tjakrabirawa yang menjadi salah satu pelaku penculikan terhadap tujuh jenderal mengungkap sebelum penculikan terjadi, ada pengarahan di kawasan Halim Perdanakusuma pada 30 September 1960 pukul 15.00 WIB.

Dalam arahan tersebut, disebutkan ada sekelompok jenderal yang dinamakan Dewan Jenderal untuk melakukan kudeta terhadap Soekarno. Boengkoes mengungkapkan, dia bersama para komandan pasukan kemudian dikumpulkan pada dini hari oleh Komandan Resimen Tjakrabirawa, Letnan Satu Doel Arif. Kemudian pasukan dibagi menjadi tujuh yang bertugas menculik ketujuh Dewan Jenderal. Adapun Boengkoes masuk dalam tim yang bertugas menculik Jenderal MT Harjono, hidup atau mati.

Tepat 1 Oktober 1965 dini hari, rombongan pasukan ini pun berarak dari Lapangan Udara Halim Perdanakusuma kemudian membelah Jakarta. Mereka menuju Menteng, dimana rumah para jenderal berada. Sebagian lagi ke Kebayoran Baru, rumah Jenderal DI Panjaitan.

Tiga dari tujuh jenderal tersebut diantaranya telah dibunuh di rumah mereka masing-masing, yakni Ahmad Yani, M.T. Haryono dan D.I. Panjaitan.

Sementara itu ketiga target lainya yaitu Soeprapto, S. Parman dan Sutoyo ditangkap hidup-hidup. Sementara Jenderal Abdul Harris Nasution yang jadi target utama penculikan berhasil lolos. Sementara putrinya bernama Ade Irma Suryani Nasution meninggal dunia dan ajudannya Lettu CZI Pierre Andreas Tendean yang dikira Nasution diculik.

Korban tewas semakin bertambah disaat regu penculik menembak seorang polisi penjaga rumah tetangga Nasution. Abert Naiborhu menjadi korban terakhir dalam kejadian ini. 

Menurut keterangan Boengkoes, Tjakrabirawa bukan pasukan mengeksekusi mati para jenderal. Dirinya hanya ditugaskan membawa para jenderal itu ke Lubang Buaya. Menurut dia, ada pasukan lain yang melakukan eksekusi tersebut.

Dikisahkan Yutharyani, Perwira Seksi Pembimbingan Informasi Monumen Pancasila Sakti dari TNI Angkatan Darat yang diwawancarai CNN Indonesia, tiga jenderal yang masih hidup termasuk Pierre Andreas Tendean dibawa ke rumah penyiksaan. 

Rumah penyiksaan yang dimaksud Yutharyani itu merupakan kediaman salah seorang warga Desa Lubang Buaya. Rumah itu kini berada dalam Kompleks Monumen Pancasila Sakti. Tak seperti sekarang, dulu Lubang Buaya ialah hutan karet yang sepi penduduk.

"Sebelum dibunuh, mereka disuruh menandatangani yang namanya Dewan Jenderal, tipu muslihat PKI bahwa Angkatan Darat akan melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sah," ujar dia.

"Padahal itu cerita khayalan yang dikarang PKI. Pak S. Parman lalu disuruh tanda tangan. Andai dia mau tanda tangan, berarti TNI AD benar-benar akan melakukan kudeta. Tapi beliau kukuh TNI AD tidak akan melakukan kudeta," kata Yutharyani.

Pada titik itulah, menurut Yutharyani, penyiksaan terhadap para jenderal dan ajudan Nasution yang masih hidup dimulai. Mereka semua Mayjen S. Parman, Mayjen R Suprapto, Brigjen Sutoyo, Lettu Pierre Andreas Tandean akhirnya tewas dibunuh.

"Dipukul, dipopor pakai ujung senjata. Hasil visum menunjukkan ada retak di tulang kepala, tangan dan kaki patah, karena mereka ditendang pakai sepatu lars yang keras,".

Dalam kondisi antara hidup dan mati, ujar Yutharyani, tubuh para jenderal itu lantas digeret dan dimasukkan ke sebuah sumur di Lubang Buaya.

"Setelah tubuh mereka masuk semua, untuk meyakinkan mayat meninggal, mereka langsung ditembak lagi. Lalu jasad ditutup dengan sampah pohon karet, dan ditutup tanah serta ditanah pohon pisang utuh di atasnya seakan-akan di bawah itu tak ada mayat."

Saat jasad para jenderal itu terkubur di sumur Lubang Buaya itu, hari telah berganti. 1 Oktober 1965.

Sumur ditemukan pada sore, 3 Oktober. Sumur lalu digali pakai tangan. Keesokannya, 4 Oktober, mayat diangkat.

Sementara mengenai penyiksaan kepada para jenderal sebelum dimasukan dalam sumur tua di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur, terbantahkan melalui hasil visum yang dilakukan lima dokter atas perintah tertulis yang ditandatangani Soeharto saat itu selaku Pangkostrad.

Kelima dokter itu diperintahkan untuk melakukan otopsi dan VR (visum et repertum) atas jenazah para jenderal tersebut. Kelima dokter itu adalah:

1. Dr. Roebiono Kertopati, Brigadir Jenderal pimpinan tinggi kedua pada Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat.

2. Dr. Frans Pattiasina, Kolonel TNI, Korp Kesehatan Militer Nrp. 14253, Perwira Kesehatan pada RSPAD.

3. Dr. Sutomo Tjokronegoro, Profesor pada Fakultas Kedokteran pada Universitas Indonesia, ahli Penyakit dan Kedokteran Forensik

4. Dr. Liauw Yan Siang. Ahli Kedokteran Forensik Universitas Indonesia,

5. Dr. Lim Joe Thay, Dosen pada Kedokteran Forensik, Universitas Indonesia.

Hasil otopsi dan visum itu tidak menemukan adanya pencungkilan bola mata maupun sayatan pada tubuh jenderal. Para dokter juga tidak menemukan adanya pemotongan pada alat vital salah satu jenderal seperti cerita yang berkembang selama ini.

2 dari 4 halaman

Asal Usul Lubang Buaya

Jauh sebelum tragedi memilukan itu terjadi, nama tempat di Jakarta Timur itu memang sudah disebut Lubang Buaya. Ini tentu memiliki sejarah tersendiri atas penyebutan wilayah tersebut.

Setelah ditelusuri, nama Lubang Buaya tersebut konon disematkan oleh orang sakti zaman dahulu bernama Datuk Banjir. Tempat ini dikenal sebagai markas buaya ganas.

Menurut keturunan Datuk Banjir, Yanto, kala itu sang buyut tengah melintasi sungai besar di kawasan Lubang Buaya dengan menggunakan getek, serta bambu panjang sebagai dayungnya. Namun dalam perjalanan, bambu dayung itu tak menyentuh dasar sungai. Bambu itu tiba-tiba menyentuh ruang kosong.

Setelah itu, lanjut dia, ruang kosong itu seolah menyedot material di atasnya. Akibatnya, bambu dayung dan getek serta Datuk Banjir turut tenggelam. Saat tenggelam itulah, Datuk melihat sarang buaya di dasar sungai.

"Bambu panjang (buat dayung) itu makin tenggelem, sampai bener-bener tenggelem. Lalu Mbah juga ikut tenggelem. Namun tiba-tiba dia muncul di deket sini," kata Yanto kepada Liputan6.com, Rabu, 22 Maret 2017, sambil menunjuk hamparan tanah kosong berupa rawa-rawa.

Setelah tenggelam ke dalam sungai dan muncul dengan tiba-tiba, Datuk Banjir kemudian menepi. Dia merenungi pengalaman spritual itu termasuk saat melihat sarang buaya di dalam sungai itu.

"Karena itulah dinamai Lubang Buaya dan Mbah langsung bermukim di sini, beranak pinak, sampai saya sekarang," kata Yanto.

Datuk Banjir hidup di zaman Belanda masih menjajah. Ia turut serta dalam perjuangan melawan kompeni. Dalam pertempuran melawan Belanda, Datuk Banjir disebutkan menunjukkan kesaktiannya.

Meski kisah-kisah itu disebut tak masuk logika, Yanto menyatakan kejadian itu memang terjadi. Bahkan sekitar dua bulan lalu, peristiwa yang sama juga terjadi.

"Ya, bisa kelelep gitu, kayak orang kelelep. Mereka (serdadu kompeni) kayak tenggelem. Dua bulan lalu ada yang berenang segala, itu di aspal, ada tentara yang berenang. Pas ditanya, dia bilang ada banjir, padahal kering," tutur Yanto.

Kejadian yang dialami tentara itu lantaran sang prajurit dianggap bersikap arogan. Dia tidak mengindahkan pantangan yang ada sehingga seolah-olah merasa tenggelam​.

"Enggak usah dilanjutin. Tapi ya gitu, sudah dibilang jangan, masih dikerjain, ya kena jadinya," ucap Yanto.

Hingga akhir hayatnya, Datuk Banjir mengajarkan ilmu agama dan ilmu silat, serta ilmu batin. Ia meninggal dunia di Lubang Buaya dan dimakamkan tak jauh dari Monumen Pancasila Sakti.

3 dari 4 halaman

Lubang Buaya Kini

Sejak 30 September 1965, Lubang Buaya berubah wujud. Pemerintah Orde Baru di bawah Soeharto menyulapnya menjadi kompleks memorial megah.

Dua tahun setelah Gerakan 30 September, 1967, Soeharto membebaskan 14 hektare lahan di Lubang Buaya dari permukiman warga. Enam tahun kemudian, 1973, di atas lahan itu diresmikan Kompleks Monumen Pancasila Sakti.

John Roosa, Associate Professor Departemen Sejarah University of British Columbia dalam bukunya Dalih Pembunuhan Massal Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto, mengistilahkan Lubang Buaya kini sebagai “tanah keramat.”

"Sebuah monumen didirikan dengan tujuh patung perunggu para perwira yang tewas. Semua berdiri setinggi manusia dengan sikap gagah dan menantang. Pada dinding belakang deretan patung para perwira, ditempatkan patung garuda raksasa dengan sayap mengembang," demikian John Roosa memaparkan dalam bukunya.

Di Kompleks monumen Pancasila Sakti juga dijadikan area tempat wisata bagi orang-orang yang ingin mengetahui sejarah.

Kompleks Lubang Buaya kini memang bukan hanya berfungsi sebagai monumen sejarah, tapi juga jadi bagian dari wisata ziarah.

Sementara sumur yang menjadi tempat pembuangan jasad para jenderal menjadi situs inti di zona utama Kompleks Memorial Lubang Buaya. Seperti dikutip dari CNN Indonesia, situs itu memiliki luas sembilan hektare. Lubang sumur berdampingan dengan tiga bangunan yang menjadi saksi bisu Gerakan 30 September 1965, yakni rumah penyiksaan, pos komando, dan dapur umum.

Kompleks Lubang Buaya terus mengalami penataan sepanjang Orde Baru. Terhitung dua dekade setelahnya, Soeharto membangun dua museum sebagai etalase sejarah dalam bentuk diorama.

Pada 1981, Soeharto meresmikan Museum Paseban yang merunutkan cerita persiapan pemberontakan, penculikan jenderal, penganiayaan, pelarangan Partai Komunis Indonesia, hingga peralihan kekuasaan dari Sukarno ke Soeharto.

Selanjutnya pada 1992, Soeharto meresmikan Museum Pengkhianatan PKI. Ini museum penutup sebelum Soeharto lengser pada 1998. Museum ini memuat diorama tentang sepak terjang PKI di Indonesia.

Peristiwa G30S tahun 1965, dengan Lubang Buaya sebagai lokasi sentral tragedi menjadi tanda berakhirnya riwayat PKI. Kejadian itu membuat PKI dihancurkan, dan dinyatakan sebagai partai terlarang tahun berikutnya, 1966.

Benar atau tidaknya eksistensi Dewan Jenderal tak diketahui jelas hingga saat ini, sama seperti G30S yang memiliki sejarah gelap, dengan dalang yang tak pernah terungkap.

4 dari 4 halaman

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Let's block ads! (Why?)

from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2oMAZhV

5 Tips Kulit Tak Berminyak Saat Difoto

Liputan6.com, Jakarta - Saat berfoto atau difoto, tentu kita ingin terlihat sebagus mungkin, terutama bagian wajah dan sekitarnya. Yang paling utama, kulit wajah kita tak kelihatan berminyak.

Namun, sebagian wanita sering mengeluh kulit wajah mereka mengilap dan lengket karena berminyak. Kulit yang terlihat berminyak memang sangat mengganggu penampilan, apalagi jika akan difoto.

Meski begitu, ada sejumlah cara untuk mengatasi kulit berminyak saat difoto. Dilansir dari Times of India, berikut ada lima cara agar kulit tak tampak berminyak saat akan difoto.

Sabun Wajah yang Tepat

Jika kulit terlalu berminyak, pakailah sabun wajah ringan. Ada berbagai pilihan merek sabun wajah, yang terpentin adalah pilih yang bisa mengendalikan produksi minyak.

Face Toner

Setelah mencuci wajah, gunakan face toner. Hal ini akan membantu menyeimbangkan pH kulit dan membersihkan sisa kotoran maupun make up.

Masker Lumpur

Perawatan wajah dengan masker lumpur memamg cukup memakan waktu. Tentunya tak perlu dilakukan sesering mungkin. Pakailah masker lumpur minimal seminggu atau dua minggu sekali.

Masker wajah lumpur dan multani mitti dapat mengontrol kelebihan minyak pada kulit wajah sekaligus mengurangi komedo serta kotoran.

2 dari 3 halaman

Mengganti Pelembap

Cara lain untuk mengatasi kulit berminyak adalah mengganti pelembap. Tentunya hal ini dilakukan setelah pelembap yang biasa Anda pakai tak kunjung mengatasi masalah kulit Anda.

Ganti pelembap berbahan krim dengan yang berformula gel. Selain ringan di wajah, pelembap berformula gel bisa menyerap keringat dengan mudah sehingga kulit tetap terhidrasi.

Pakai Blotting Paper

Setelah berbagai usaha dicoba tapi kulit Anda tetap sangat berkeringat, siapkan blotting paper atau kertas minyak. Saat berkeringat terutama di siang hari, pakailah kertas tipis ini untuk menyerap kelebihan keringat dan minyak di wajah. Tekan perlahan kertas ini di area wajah yang terlihat berminyak.

3 dari 3 halaman

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Let's block ads! (Why?)

from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2nXJ0jN

Conseil communal de Verviers: Enodia et Muriel Targnion sur la sellette - RTBF

  1. Conseil communal de Verviers: Enodia et Muriel Targnion sur la sellette  RTBF
  2. Muriel Targnion sous le feu des critiques au conseil communal  Sudinfo.be
  3. La Ville de Verviers ne touchera aucun dividende des ventes des actifs concurrentiels de Nethys, à savoir Voo, Elicio et Win  Sudinfo.be
  4. Voir la couverture complète sur Google Actualités

Conseil communal de Verviers: Enodia et Muriel Targnion sur la sellette - RTBF
Lire la suite

Xi Jinping promet de respecter l'autonomie de Hong Kong - 7sur7

  1. Xi Jinping promet de respecter l'autonomie de Hong Kong  7sur7
  2. En Chine, le choc des images et des principes  Le Soir
  3. Hong Kong : De violents affrontements avant le 70ème anniversaire de la Chine communiste  Paris Match Belgique
  4. La police redoute une situation "très dangereuse" à Hong Kong  7sur7
  5. Manifestations à Hong Kong: la police redoute une situation «très dangereuse»  Le Soir
  6. Voir la couverture complète sur Google Actualités

Xi Jinping promet de respecter l'autonomie de Hong Kong - 7sur7
Lire la suite

Metallica forcé de reporter le reste de sa tournée: James Hetfield ne va pas bien - RTL info

  1. Metallica forcé de reporter le reste de sa tournée: James Hetfield ne va pas bien  RTL info
  2. Le chanteur de Metallica, de retour en cure de désintox, annule la tournée du groupe  Metro Belgique
  3. Metallica : Le chanteur James Hetfield en cure de désintoxication, la tournée du groupe annulée  20 Minutes
  4. Metallica annule sa tournée : James Hetfield entre en cure de désintoxication  Charts in France
  5. Le chanteur de Metallica de nouveau envoyé en cure de désintoxication : le groupe annule sa tournée  Closer France
  6. Voir la couverture complète sur Google Actualités

Metallica forcé de reporter le reste de sa tournée: James Hetfield ne va pas bien - RTL info
Lire la suite

Philippe Gilbert ne s'est toujours pas remis de son abandon aux Mondiaux - dh.be

Philippe Gilbert ne s'est toujours pas remis de son abandon aux Mondiaux  dh.beVoir la couverture complète sur Google Actualités
Philippe Gilbert ne s'est toujours pas remis de son abandon aux Mondiaux - dh.be
Lire la suite

Pria AS Pembocor Data Pengidap HIV di Singapura Divonis 2 Tahun Penjara

Liputan6.com, Kentucky - Seorang pria Amerika Serikat yang membocorkan data rinci rahasia milik ribuan orang pengidap HIV di Singapura, dihukum dua tahun penjara di Negeri Paman Sam. Data yang dibocorkan itu sebagian besar milik orang asing.

Adalah Mikhy Farrera Brochez, yang divonis bersalah pengadilan Kentucky karena mencoba memeras pemerintah Singapura dengan data curian itu.

Pria berusia 34 tahun tersebut memperoleh data dari pasangannya, seorang dokter Singapura. Dokter itu juga yang membantu Brochez menutupi status HIV positifnya agar mendapat izin kerja di Negeri Singa.

Informasi rahasia, termasuk nama dan alamat 14.200 orang yang didiagnosa mengidap virus yang menyebabkan AIDS, disebarnya secara online. Kebocoran data itu membuat para pengidap HIV gelisah, lantaran mereka sudah lama mengeluh dengan prasangka yang muncul di masyarakat Singapura yang konservatif.

Brochez dihukum 24 bulan penjara di lapas federal pada Jumat 27 September, menurut pernyataan Kantor Pengacara AS di Distrik Timur Kentucky.

"Tindakan Terdakwa serius dan signifikan karena mempengaruhi ribuan orang di seluruh dunia," kata pengacara AS Robert M Duncan Jr, seperti dikutip dari AFP, Selasa (1/10/2019).

2 dari 3 halaman

Ditahan di Singapura pada 2016

Data yang dibocorkannya termasuk informasi mengenai lebih dari 50 warga negara AS, kata pernyataan tersebut.

Brochez ditahan di Singapura pada 2016 karena berbohong mengenai status HIV-nya, pelanggaran narkoba, dan penipuan.

Dia dideportasi pada 2018. Kemudian berita mengenai pembocoran data muncul yang memicu penahanannya di AS.

Selama bertahun-tahun, orang asing pengidap HIV tidak boleh masuk ke Singapura.

Pada 2015, pihak berwenang membolehkan orang asing pengidap HIV untuk kunjungan singkat ke Singapura. Tapi untuk bekerja, orang asing tetap harus lolos tes HIV.

3 dari 3 halaman

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Let's block ads! (Why?)

from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2neQajt

Derita Warga Melawan Pencemaran Abu PLTU Cilacap

Liputan6.com, Cilacap - Sedikitnya 200 warga Dusun Winong, Desa Slarang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, berunjuk rasa kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Cilacap, Senin (30/9/2019).

Mereka menagih janji pemerintah membebebaskan warga dari pencemaran limbah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PT S2P PLTU Cilacap. Abu sisa pembakaran mencemari udara, air, dan lingkungan warga.

Warga benar-benar menderita oleh dampak debu dari tempat penyimpanan sementara limbah abu PLTU yang hanya berjarak sekitar lima meter dari permukiman. Abu itu lantas terbang ke permukiman dan mengotori udara, tanaman, lantai, bahkan masuk ke rumah warga.

Dampak pencemaran limbah PLTU semakin terasa saat kemarau. Debu semakin tebal dan begitu mengganggu aktivitas warga.

Tak setahun dua tahun warga terdampak abu PLTU. Dampaknya pun tak hanya soal kebersihan. Kesehatan warga juga sudah terganggu oleh pencemaran ini.

Koordinator Jaringan Pemerduli Lingkungan Cilacap, Bagus Ginanjar Mustofa menyebut, sebanyak 150 warga Winong, pernah dirawat di rumah sakit maupun Puskesmas lantaran terserang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

Mereka terserang ISPA lantaran nyaris tiap hari menghirup udara yang telah tercemar abu batu bara PLTU yang berterbangan. Abu itu menumpuk di pepohonan, jalan, lantai, dan bahkan tempat tersembunyi sekali pun.

"Catatan terakhir ya, artinya belum semuanya, ada 150 warga yang masuk ke rumah sakit," katanya.

Dia mengungkapkan, pada Agustus lalu, warga sudah beraudiensi dengan Bupati Cilacap. Saat itu, bupati menjanjikan akan menyelesaikan persoalan pencemaran ini secepatnya. Namun, lebih dari sebulan berlalu, tidak ada tindakan apa pun dari Pemerintah Kabupaten Cilacap.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Kondisi Pencemaran Abu di Dusun Kwasen

"Pada kemarau seperti ini ya bertambah parah. Untuk debu fly ash maupun bottom ash, itu debu yang keluar dari tempat penyimpanan itu banyak ke permukiman,” jelasnya.

Bahkan, setahun lalu, warga juga sudah sempat beraudiensi dengan Bupati Cilacap. Kemudian, bupati membentuk tim investigasi melalui Surat Keputusan (SK) Bupati Cilacap Nomor 660.1/425/30.

Melalui jalur mediasi, warga kemudian dipertemukan dengan PT S2P dan dijanjikan akan dilakukan evaluasi dan penanganan terkait dampak PTLU selambat-lambatnya empat bulan. Namun, ternyata hingga setahun berlalu, PLTU dan DLH belum melakukan tindakan apa pun.

"Sampai sekarang belum ada tindakan yang konkret yang bisa menghilangkan dampak debu ke warga," ujarnya.

Bagus mengungkapkan, dampak pencemaran PLTU tak hanya dirasakan warga Winong. Ratusan warga Kwasen, Karangkandri pun merasakan dampak yang sama dari PLTU Karangkandri.

"Dusun Kwasen Desa Selarang yang notabenenya menjadi dusun-dusun penyangga atau ring terdekat PLTU batu bara Cilacap," ujarnya.

Bahkan, pada hari sama, Senin, 30 September 2019, ratusan warga Kwasen memblokade jalan untuk menghalau truk-truk pengangkut batu bara.

"Kondisi hari ini yang dirasakan warga Dusun Kwasen ialah gangguan debu batu bara dan bau yang menyengat yang disebabkan adanya penyimpanan batu bara di seberang jalan persis di permukiman," dia menjelaskan.

Meski sama-sama melawan debu batu bara, kedua wilayah ini terdampak oleh sebab berbeda. Masyarakat Dusun Winong terdampak debu limbah B3, baik fly ash maupun buttom ash dari lokasi tempat pembuangan sementara atau ash yard, adapun warga Kwasen terdampak oleh abu debu batu bara yang disimpan di TPS. Sedangkan, kwasen melawan PLTU karena debu batu bara yang berada disimpan di dom.

"Kita pengin dibebaskan dari dampak-dampak yang terjadi akibat PLTU batubara. Salah satunya, adanya debu yang dihasilkan dari ash yard ataupun tempat penyimpanan sementara. Dampaknya sangat parah," dia mengungkapkan.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2mqeAGf

Top 3: Cara Tingkatkan Produktivitas Kerja

Liputan6.com, Jakarta - Fokus yang kuat diperlukan untuk memastikan bisnis Anda tumbuh dan untuk mencapai tujuan Anda. Kemampuan Anda untuk fokus secara langsung memengaruhi masa depan kesuksesan Anda. Tetapi ada kalanya banyak gangguan di sekitar dan kita sering dialihkan dari jalur pikiran kita.

Ada beberapa cara sederhana yang dapat dengan mudah membantu Anda mengarahkan pikiran Anda dan mengembangkan titik fokus Anda, yang secara langsung akan berdampak pada produktivitas Anda.

Artikel mengenai cara meningkatkan prpduktivitas kerja ini menjadi salah satu artikel yang banyak dibaca. Selain itu masih ada beberapa artikel lain yang layak disimak.

Lengkapnya, berikut ini tiga artikel terpopuler di kanal bisnis Liputan6.com pada Selasa 1 Oktober 2019:

1. Mau Dongkrak Produktivitas dan Tetap Fokus di Tempat Kerja? Coba 3 Cara Ini

Fokus yang kuat diperlukan untuk memastikan bisnis Anda tumbuh dan untuk mencapai tujuan Anda. Kemampuan Anda untuk fokus secara langsung memengaruhi masa depan kesuksesan Anda. Tetapi ada kalanya banyak gangguan di sekitar dan kita sering dialihkan dari jalur pikiran kita.

Ada beberapa cara sederhana yang dapat dengan mudah membantu Anda mengarahkan pikiran Anda dan mengembangkan titik fokus Anda, yang secara langsung akan berdampak pada produktivitas Anda.

Dikutip dari Laruno.id, berikut tiga cara sederhana untuk meningkatkan produktivitas dan tetap fokus di tempat kerja:

Simak berita selengkapnya di sini

2 dari 4 halaman

2. Harga Emas Diprediksi Mendatar pada Pekan Ini

Harga emas diperkirakan akan bergerak stabil dengan kecenderungan menguat pada perdagangan pekan ini.

Mengutip Kitco, Senin (30/9/2019), sebanyak 50 persen profesional pasar komoditas memperkirakan bahwa harga emas akan stabil atau sideway pada pekan ini.

Sedangkan 31 persen memperkirakan bahwa harga emas akan lebih tinggi. Sisanya sebesar 19 persen memperkirakan harga emas akan tertekan.

Sementara, berdasarkan survei online Kitco, dari 855 responden yang mengambil bagian dalam jajak pendapat tersebut, sebanyak 479 responden atau 57 persen menyatakan harga emas akan naik.

Simak berita selengkapnya di sini

3 dari 4 halaman

3. Wanita Lamar Pria, Tabu Enggak Sih?

Anda pernah bertanya-tanya apakah wanita melamar pria itu tabu? Mengingat umumnya memang prialah yang biasanya melamar seorang wanita untuk dijadikan pendamping hidup.

Wilayah yang membentang dari Sabang hingga Merauke menjadikan Indonesia sebagai negara multi etnis. Keberagaman budaya, banyaknya bahasa daerah, suku, serta adanya berbagai adat istiadat juga tradisi merupakan ciri khas yang melekat pada Indonesia.

Setiap tradisi memiliki keunikan masing-masing, contohnya tradisi lamaran pernikahan. Lamaran pernikahan merupakan salah satu rangkaian tradisi yang dilakukan sebelum menikah.

Simak berita selengkapnya di sini

4 dari 4 halaman

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Let's block ads! (Why?)

from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2n5lLUU

DPR Siapkan Ruangan Kerja dan Rumah Dinas untuk 15 Anggota Tambahan

Liputan6.com, Jakarta - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sudah menyiapkan invetaris untuk penambahan 15 anggota DPR periode 2019-2024. Hal yang disiapkan mulai dari ruangan hingga rumah dinas di Kalibata, Jakarta Selatan.

"Di rapat Bamus sudah saya sampaikan kepada pimpinan dewan untuk penambahan yang 15 itu ruang kerjanya sudah selesai. Rumah-rumahnya sedang kita finishing. Berkaitan dengan hak dan kewajibannya sudah siap semua. Enggak ada masalah," kata Sekjen DPR Indra Iskandar di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin 30 September 2019.

Indra mengatakan, anggaran untuk ruangan kerja sekitar Rp 5 miliar. Sedangkan anggaran rumah dinas sekitar keseluruhan Rp 1 miliar.

"Saya yang rumah agak lupa ya. Kalau enggak salah keseluruhannya, berapa ya, rata-rata sekitar Rp 1 miliar, 1,2. Kita bikinin tambahan 11 rumah karena yang 4 rumah itu adalah rumah-rumah pimpinan yang disediakan oleh Setneg," ungkapnya.

Sedangkan anggaran pelantikan anggota DPR, lanjutnya, juga tidak banyak. Anggaran itu diambil dari anggaran rutin dari DPR.

"Ini anggaran rutin semua, engga ada anggaran khusus. Cuma urusan kembang, interior," ucapnya.

Diketahui, DPR periode 2014-2019 berjumlah 560. Namun sekarang anggota DPR yang dilantik berjumlah 575 anggota.

2 dari 3 halaman

Dilantik Hari Ini

Anggota DPR RI, DPD RI, dan MPR RI, periode 2019-2024 dijadwalkan akan menjalani proses pelantikan di Gedung Nusantara Komplek Gedung MPRE/DPR/DPD RI pada hari ini, Selasa (1/10/2019). Prosesi acara dimulai pukul 10.00 WIB dan diperkirakan akan selesai pukul 11.40 WIB.

Sekretaris Jenderal DPR Indra Iskandar mengatakan pengucapan janji dan sumpah jabatan akan dipimpin Ketua Mahkamah Agung serta dihadiri Presiden dan Wakil Presiden RI serta tamu undangan lainnya.

Indra menjelaskan, guna mengantisipasi adanya aksi demo pada saat pelantikan, anggota DPR RI terpilih yang akan menjalani pelantikan, diminta sudah hadir di Komplek Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, pada sekitar pukul 07.00 WIB.

"Sarapan pagi dan persiapan lainnya, kami siapkan di sini. Semua acara, kami upayakan tetap sesuai jadwal," kata Indra Iskandar yang dikutip dari Antara.

Indra menambahkan, setelah selesai acara pelantikan, kemudian istirahat makan siang dan salat Dzuhur. Setelah itu, akan dilakukan rapat Badan Musyawarah (Bamus) untuk membahas agenda yang telah disusun Panitia Pelantikan dari Sekretariat Jenderal DPR RI. Bamus anggotanya adalah perwakilan dari seluruh fraksi.

"Bamus juga akan menetapkan sidang paripurna sementara penetapan pimpinan DPR RI, yang akan dipimpin anggota tertua dan termuda," katanya.

Menurut dia, berdasarkan jadwal sementara, penetapan dan pelantikan pimpinan DPR RI akan diselenggarakan pada sore hari.

Reporter: Sania Mashabi

Sumber: Merdeka.com

3 dari 3 halaman

Saksikan video pilihan berikut ini:

Let's block ads! (Why?)

from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2oMYyXX

Aubameyang Keluhkan VAR Usai Bobol Gawang MU

Liputan6.com, Manchester - Striker Arsenal, Pierre-Emerick Aubameyang, mengeluhkan video assistant referee (VAR) usai menjebol gawang Manchester United (MU). Apa yang sebenarnya terjadi?

Arsenal berhasil menahan imbang MU 1-1 pada lanjutan pertandingan Liga Inggris di Old Trafford, Selasa (1/10/2019) dini hari WIB. Dalam laga itu, Setan Merah unggul dulu melalui Scott McTominay di akhir babak pertama.

Arsenal kemudian membalas di babak kedua melalui Aubameyang. Sebelum pemain asal Gabon itu mencetak gol, hakim garis sudah lebih dulu mengangkat bendera offside. Meski demikian, Aubameyang tetap menembak bola ke gawang David de Gea.

Wasit kemudian melihat VAR dan ternyata Aubameyang tidak offside. Sang bomber pun merasa perayaan golnya jadi kurang maksimal gara-gara insiden itu.

"Saya yakin bahwa saya tidak offside. Saya terkejut bahwa wasit meniup peluit, tetapi saya menyelesaikan peluang seperti biasa. Saya selalu berusaha mencetak gol, meski peluit berbunyi," kata Aubameyang kepada Sky Sports.

"Saya mendengar kerumunan mengatakan itu offside, tapi kemudian itu gol, jadi saya senang! Ya, tentu saja itu membuat sukacita berkurang, itu perasaan aneh. Anda tidak dapat merayakan 100 persen. Tapi tidak apa-apa, saya senang untuk Arsenal."

2 dari 3 halaman

Puas dengan 1 Poin

Aubameyang mengaku cukup puas dengan hasil imbang di Old Trafford.

"Kami akan mengambil poin ini. Saya pikir tim bertarung dengan sangat baik hari ini. Kami tahu selalu sulit untuk datang ke sini dan kami akan menerimanya. Tidak mudah ketika Anda kebobolan satu gol di akhir babak pertama dan Anda pergi, itu sulit, tapi kami bangkit di babak kedua dengan semangat besar."

"Kami bangkit hari ini dan minggu lalu juga. Mungkin kami harus mulai dengan lebih banyak kekuatan, lebih percaya diri, karena kami memiliki kekuatan dan kami dapat melakukan hal-hal besar," Aubameyang menambahkan.

3 dari 3 halaman

Posisi 4

Dengan hasil imbang tersebut, Arsenal berada di peringkat empat klasemen Liga Inggris dengan 12 poin. Sementara MU di posisi 10 dengan sembilan angka.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Let's block ads! (Why?)

from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2o566ER

Setelah Lampu Mati dan Misteri Kematian Tanpa Pusara DN Aidit

Liputan6.com, Jakarta - Malam semakin larut, namun Ilham Aidit tidak kunjung bisa memejamkan matanya. Bocah enam tahun itu hanya membolak-balikkan badannya di atas ranjang. Deru mesin jip dan derap sepatu yang mendekat ke rumahnya semakin membuat Ilham terjaga.

Dia kemudian mendengar derik suara pintu dibuka. Ilham menangkap suara ibunya dengan nada tinggi berbicara dengan tamu yang datang. Karena penasaran, Ilham kecil merosot dari ranjang ibunya dan mengendap-endap ke ruang depan.

Ilham tak ingat seluruh pembicaraan ibunya dan tamu yang datang. Yang masih terlintas malam itu, 30 September 1965, Ilham kecil melihat ibunya membentak dua orang berseragam militer warna biru di depan rumahnya. "Ini sudah malam!"

"Maaf, tapi ini darurat. Kami harus segera," jawab tamu tak diundang itu.

Dengan kesal, perempuan itu menuruti kemauan tamu dan memanggil suaminya di ruang kerja. Dia adalah Dipa Nusantara Aidit atau yang dikenal DN Aidit, pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI). Ilham yang kepergok berada di ruang tengah ikut didamprat.

"Kamu, anak kecil, tidur kamu. Sudah malam begini masih kelayapan." Namun Ilham tidak bergerak dan memilih bertahan di ruang tengah rumahnya.

Ilham mendengar kedua orangtuanya berdebat. DN Aidit kemudian keluar menemui tamu. Tak lama berselang, dia kembali ke kamar memasukkan beberapa pakaian dan buku ke dalam tas. Ia sempat terlihat ragu. Ilham melihat ayahnya meletakkan tas dan kembali ke ruang depan berbicara sekilas dengan penjemputnya. Aidit lalu kembali ke kamar dan ribut dengan Soetanti, istrinya.

"Ibu ngotot minta ayah tak usah berangkat ke istana malam-malam," kata Ilham dikutip dari Seri Buku Tempo: Orang Kiri Indonesia berjudul Aidit Dua Wajah Dipa Nusantara.

Namun Aidit tetap pergi. Sebelum meninggalkan rumah, dia mencium kening istrinya. Aidit juga mengangkat tubuh kecil Ilham dan mengusap rambutnya. Kepada adiknya bernama Murad Aidit yang tinggal di rumahnya, pentolan PKI itu berpesan agar mengunci pagar.

"Matikan lampu depan," perintah Aidit kepada Murad.

Sejak saat itu, DN Aidit tak pernah kembali lagi. Ke mana saja Aidit pergi malam itu dan apa yang dilakukan masih belum ada jawaban yang pasti hingga kini.

Kesaksian Mayor Udara Sudjono di Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub), dialah yang menjemput Aidit di rumahnya, bukan pasukan Cakrabirawa. Lalu dibawa ke rumah Syam Kamaruzzaman, Kepala Biro Chusus PKI yang dibentuk Aidit tanpa sepengetahuan pimpinan pusat PKI lainnya. Di kawasan Jalan Salemba, Jakarta Pusat itu, sudah menunggu sejumlah anggota Biro Chusus PKI.

Menurut Victor Miroslav Fic, penulis buku Kudeta 1 Oktober 1965: Sebuah Studi tentang Konspirasi, di rumah Syam, Aidit melakukan cek akhir Gerakan 30 September atau G30S. Aidit rencananya menemui Soekarno di rumah Komodor Susanto di Halim Perdanakusuma.

Skenarionya, Aidit akan memaksanya membersihkan Dewan Jenderal, lalu memintanya mengundurkan diri dari jabatan presiden. Namun pertemuan dengan Bung Karno gagal. Aidit lalu mengutus Brigjen Supardjo menemui Soekarno.

Versi surat Aidit yang ditulis dalam pelariannya 6 Oktober 1965, malam itu ia dijemput pasukan Cakrabirawa untuk rapat darurat kabinet di Istana Negara. Tapi dia malah dibawa ke Jatinegara dan Lanud Halim Perdanakusuma. Di sana, Aidit ditempatkan di rumah kecil dan diberi tahu akan ada penangkapan terhadap anggota Dewan Jenderal.

Esok harinya, Aidit mendapat kabar Soekarno memberikan restu terhadap penyingkiran Dewan Jenderal. Lalu Aidit diminta terbang ke Yogyakarta --lokasi yang dianggap tepat untuk pemerintahan sementara-- untuk mengatur kemungkinan mengevakuasi Soekarno.

Tidak jelas versi mana yang lebih benar. Hingga kini tidak ada kejelasan apa yang terjadi pada Aidit setelah dia memerintahkan Murad mematikan lampu depan rumahnya. Pihak keluarga bahkan baru tahu beberapa tahun kemudian bahwa Aidit pernah dibawa ke Halim Perdanakusuma. Sisanya masih gelap.

2 dari 4 halaman

Pelarian Aidit dan Senyum Soeharto

Dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Aidit bertolak ke Yogyakarta. Dia tiba di Lanud Adi Sutjipto, Yogyakarta pada 2 Oktober 1965 dini hari. Angkatan Udara menangkap kedatangan Aidit sebagai utusan negara dan menawarkan mengantarkannya ke Kepala Daerah Yogyakarta Sri Paku Alam, tapi Aidit memilih pergi ke pimpinan PKI di daerah tersebut.

Dalam sehari, Aidit rapat bersama kader-kader PKI di Yogyakarta, Semarang, dan Solo. Di Yogyakarta, Aidit bertemu petinggi partai dan memutuskan bahwa PKI setempat akan melancarkan aksi-aksi massa untuk membela Presiden Soekarno.

Di Semarang, Aidit bergabung dengan pimpinan PKI Jawa Tengah yang mengadakan rapat darurat. Rapat menghasilkan sikap politik yang menyatakan bahwa Gerakan 30 September adalah masalah internal Angkatan Darat. PKI tidak ada sangkut pautnya dengan gerakan itu. Tugas utama partai adalah melakukan konsolidasi.

Berlawanan dengan Semarang, rapat di Solo justru mendukung operasi Gerakan 30 September. Pertemuan yang dihadiri Wali Kota Solo Utomo Ramelan itu menyatakan, PKI harus melancarkan perjuangan bersenjata untuk mendukung gerakan Letkol Untung merebut kekuasaan pemerintah setempat.

Perbedaan keputusan inilah, menurut Victor Miroslav Fic dalam bukunya Kudeta 1 Oktober 1965: Sebuah Studi tentang Konspirasi, menjadi pemicu pendukung PKI terbelah menjadi golongan radikal dan moderat. Namun yang juga menjadi belum jelas dalam rangkaian peristiwa itu adalah bagaimana Aidit bisa mengadakan rapat di tiga kota dalam waktu sehari.

Dalam keadaan genting ini, politbiro PKI bertemu di Blitar, Jawa Timur pada 5 Oktober 1965. Pertemuan di Blitar simpang siur karena para elite PKI masih di Jakarta dan sibuk menyelamatkan diri. Menurut Victor, memang tidak semua elite PKI hadir di Blitar. Selain Aidit, hanya ada MH Lukman, Wakil Ketua I CC PKI yang juga Wakil Ketua DPR Gotong-royong.

Dalam surat tertanggal 6 Oktober 1965 yang diyakini ditulis di Blitar, Aidit menyampaikan peristiwa 30 September versinya. Dia menceritakan penjemputan terhadapnya oleh pasukan Cakrabirawa, dibelokkan ke Halim Perdanakusuma, hingga dikirim ke Yogyakarta.

Aidit juga menulis 6 poin usulan menyelesaikan krisis politik akibat penculikan dan pembunuhan para jenderal. PKI tetap beranggapan bahwa peristiwa itu merupakan persoalan internal di tubuh Angkatan Darat. Aidit mengaku tidak tahu sebelumnya soal gerakan itu. Kepada Soekarno, Aidit mengusulkan agar peristiwa itu diselesaikan presiden secara politik.

Di tengah gencarnya perburuan terhadap tokoh dan simpatisan PKI yang dilakukan pasukan Soeharto, Aidit masih sempat mengeluarkan instruksi. Salah satu instruksinya dibuat pada 10 November 1965, Aidit menyampaikan wasiat setelah melihat perkembangan keadaan.

Merujuk buku wartawan TVRI Hendro Subroto, Dewan Revolusi PKI: Menguak Kegagalannya Mengkomuniskan Indonesia, Aidit mengakui kerusakan pada partainya akibat G30S, meski semua sudah diperhitungkan. Surat wasiat itu juga mengisyaratkan kemungkinan Aidit mencari perlindungan ke RRC. Surat itu juga mengisyaratkan optimisme bahwa Sosro--yang diyakini sebagai nama samaran Soekarno--belum meninggalkan PKI.

Dalam sidang kabinet terakhir Kabinet Dwikora 6 Oktober 1965, Soekarno bisa meyakinkan kabinet untuk menerima usul Aidit. Tapi perkembangan yang terjadi justru berujung pada kekalahan PKI. Selang 12 hari setelah berkirim surat wasiat, nasib Aidit berakhir di tangan anak buah Komandan Brigif IV Kodam Diponegoro Kolonel Yasir Hadibroto.

Yasir, dalam Kompas edisi 5 Oktober 1980, menuturkan, Mayjen Soeharto menyebut yang melakukan pemberontakan G30S adalah anak-anak PKI yang pernah memberontak di Madiun pada 1948. Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Pangkostrad merangkap Panglima Kopkamtib memerintahkan Yasir membereskan semua. Disebutkan pula, DN Aidit sedang berada di Jawa Tengah.

Brigif IV sebenarnya tengah melakukan operasi di Kisaran, Sumatera Utara. Namun mereka kembali ke Jakarta setelah mendengar peristiwa 30 September 1965. Di hari pertemuan itu, 2 Oktober 1965, tentara telah memburu orang-orang PKI yang dituduh terlibat dalam peristiwa G30S. Namun DN Aidit, pucuk pimpinan PKI menghilang.

Atas perintah Soeharto, Yasir dan pasukan pun berangkat ke Solo. Di sana, mereka bertemu Sri Harto, orang kepercayaan pimpinan PKI sedang meringkuk di sel tahanan. Dia dilepas untuk mencari keberadaan Aidit. Hanya beberapa hari, Harto melapor Aidit berada di Kloco dan akan segera pindah ke Desa Sambeng belakang Stasiun Balapan pada 22 November 1965.

Operasi pun dimulai. Sekitar pukul 9 malam, Letnan Ning Prayitno memimpin pasukan Brigif IV menggerebek rumah milik bekas pegawai PJKA itu. Yasir memantau dari jauh. Para tentara menemukan Aidit tengah bersembunyi di balik lemari di salah satu sudut rumah. Aidit kemudian dibawa ke markas mereka di Loji Gandrung.

Malam itu juga Yasir menginterogasi Aidit. Kabarnya, pentolan PKI itu membuat pengakuan tertulis setebal 50 halaman. Isinya antara lain, hanya dia yang bertanggung jawab atas peristiwa G30S. Namun sayang, menurut Yasir, Pangdam Diponegoro kemudian membakar dokumen itu.

Menjelang dini hari Yasir kebingungan karena Aidit berkali-kali minta bertemu Soekarno. Namun Yasir tidak mau. "Jika diserahkan kepada Bung Karno, pasti akan memutarbalikkan fakta sehingga persoalannya akan jadi lain," kata Yasir dikutip Abdul Gofur dalam bukunya, Siti Hartinah Soeharto: Ibu Utama Indonesia.

Akhirnya pada pagi buta, Yasir membawa Aidit meninggalkan Solo ke arah barat menggunakan iring-iringan tiga jip. Aidit yang diborgol berada di jip terakhir bersama Yasir. Saat terang, rombongan itu tiba di daerah Boyolali. Tanpa sepengetahuan dua jip pertama, Yasir berbelok masuk ke Markas Batalion 444.

"Ada sumur?" tanya Yasir kepada Komandan Batalion 444 Mayor Trisno. Trisno kemudian menunjuk sebuah sumur tua di belakang rumahnya.

Yasir membawa tahanannya ke tepi sumur tua. Dia mempersilakan Aidit mengucapkan pesan terakhir, namun Ketua Comite Central (CC) PKI itu justru pidato berapi-api. Hal itu membuat Yasir dan anak buahnya marah. Dan, dor! Timah panas menembus dada tubuh gempal Aidit. Menteri Koordinasi sekaligus Wakil Ketua MPRS itu tewas dan terjungkal masuk sumur pada 23 November 1965.

24 November 1965 pukul 3 sore, Yasir bertemu Soeharto di Gedung Agung, Yogyakarta. Setelah melaporkan tugas, sekaligus keputusannya membunuh Aidit, sang kolonel memberanikan diri bertanya kepada sang jenderal. "Apakah yang Bapak maksudkan dengan bereskan itu seperti sekarang ini, Pak?" Soeharto tersenyum.

Ada beberapa versi tentang cerita akhir hidup DN Aidit. Selain tewas ditembak di sumur tua, versi lain menyebut Aidit diledakkan bersama-sama dengan rumah tempat ia ditahan. Betapapun juga, sampai sekarang tidak diketahui secara pasti di mana jenazahnya dimakamkan.

3 dari 4 halaman

Kematian Tanpa Pusara Sang Muazin

Selain kematiannya, kelahiran Aidit pun bermacam-macam versi. Beberapa mengatakan Aidit kelahiran Medan, 30 Juli 1923 dengan nama lengkap Dja'far Nawi Aidit. Keluarga Aidit konon berasal dari Maninjau, Sumatra Barat yang pergi merantau ke Belitung. Namun banyak masyarakat Maninjau tidak pernah mengetahui dan mengakui hal itu.

Versi lain menyebut, DN Aidit lahir di Jalan Belantu 3, Pangkallalang, Belitung pada 30 Juli 1923 dengan nama Achmad Aidit --ia biasa disapa Amat oleh orang-orang yang akrab dengannya. Anak sulung pasangan Abdullah Aidit dan Mailan ini lahir di lingkungan yang religius. Dia berasal dari keluarga berada, kakek dari ayah adalah pengusaha yang cukup berhasil sedangkan ibu dari keluarga ningrat sekaligus tuan tanah di Pulau Belitung.

Berasal dari keluarga berada, Aidit mudah bergaul dengan siapa saja. Aidit mendapat pendidikan dalam sistem kolonial Belanda. Sepulang sekolah, Aidit dan adik-adiknya belajar mengaji ke paman mereka.  Orang-orang di Belantu juga mengenal Aidit sebagai tukang azan atau muazin.

Seperti daerah-daerah di Indonesia saat itu, Belitung juga belum memiliki pengeras suara untuk azan. "Karena suara Bang Achmad keras, dia kerap diminta mengumandangkan azan," kata Murad Aidit.

Achmad Aidit memiliki tiga adik kandung yakni Basri Aidit (1925-1992), Ibrahim Aidit (1926, usianya tak sampai sehari), Murad Aidit (1927-2008), serta dua adik tiri yakni Sobron Aidit (1934-2007) dan Asahan Aidit (lahir 1938). Achmad Aidit memiliki lima anak yakni Ibaruri Putri Alam (1949), Ilya Aidit (1951), Iwan Aidit (1952), serta si kembar Ilham Aidit dan Irfan Aidit (1959).

Achmad banyak berubah sejak ia hijrah ke Jakarta di usia 13 tahun. Dia melanjutkan studi di Batavia dan aktif di sejumlah organisasi kepemudaan. Hingga akhirnya dia terjun ke politik, mengenal PKI, dan mengubah namanya menjadi Dipa Nusantara Aidit. Di usianya yang masih muda, dia mampu menjadi pemimpin tertinggi PKI dan membesarkan partainya.

Namun karir cemerlang dan hidupnya berakhir setelah peristiwa berdarah 30 September 1965. DN Aidti diburu dan hingga kini jenazahnya masih misteri.

Sumur tua di bekas Markas Batalion 444 di Boyolali kini tak terlihat lagi. Hamparan tanah berkerikil di dekat gedung tua itu kini ditumbuhi labu siam, ubi jalar, serta pohon mangga dan jambu biji di kanan-kirinya. Meski tak berbekas, banyak orang meyakini di sepetak halaman itu pernah ada sumur tua, tempat jasad DN Aidit terkubur. Salah satunya Mustasyar Nahdlatul Ulama (NU) Boyolali, Tamam Saemuri (lahir 1936).

Pada suatu malam di tahun berdarah 1965, Tamam muda pernah bertemu Kolonel Yasir Hadibroto dalam sebuah rapat. Saat itu Tamam aktif di Gerakan Pemuda Ansor NU, organisasi yang banyak terlibat 'operasi pembersihan'. Kepada Tamam, Yasir mengumumkan pasukannya telah menembak mati DN Aidit. "Dia diberondong senapan AK sampai habis 1 magasin," kata Tamam.

Sejumlah sumber lain membenarkan cerita Tamam. Setelah puluhan tahun, cerita itu sampai juga ke telinga putra DN Aidit, Ilham. Sekitar tahun 2000, Ilham memutuskan sendiri datang ke lokasi diduga pusara ayahnya. Saat itu, dia hanya berbekal sepotong informasi dari koran bahwa ayahnya tewas ditembak di Boyolali.

"Sejak lulus kuliah sampai 1998, saya selalu mencari kuburan Ayah dengan sembunyi-sembunyi," katanya akhir September 2007.

Menemukan makam Aidit bukan perkara mudah, bahkan bagi anaknya. Ada upaya sistematis untuk membuat peristirahatan pentolan PKI itu dilupakan. Sumur tua itu misalnya, sampai dua kali diuruk setelah November 1965. Kompleks markas Batalion 444 juga dibongkar dan kini hanya menyisakan gedung tua yang digunakan sebagai mes pegawai Kodim Boyolali.

Batalion 444 dikenal sebagai kesatuan tentara prokomonis. Salah satu komandan kompinya yakni Letkol Untung Syamsuri yang kemudian memimpin operasi penculikan sejumlah jenderal pada malam 30 September 1965.

Pencarian Ilham baru berbuah setelah dia dihubungi lembaga swadaya masyarakat lokal Boyolali. LSM itu menerima informasi dari sumber-sumber kredibel yang terlibat langsung dalam pembunuhan anggota PKI saat itu. Sumber-sumber di Boyolali membenarkan, lokasi itu tempat jasad DN Aidit ditimbun tanah.

Tak sampai 100 meter dari halaman yang disebut bekas sumur tua, ada lokasi lain yang disebut berkaitan dengan kematian Aidit. Di sanalah, konon, pucuk pimpinan PKI itu ditembak mati. Pekarangan itu bagian dari satu rumah berarsitektur tua yang sekarang menjadi gedung Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah.

"Jadi, setelah ditembak di sana, baru jenazahnya dimasukkan ke sumur sebelahnya," kata Ilham kepada Tempo.

Ketika akhirnya berdiri di samping pusara ayahnya pada 2003 lalu, Ilham mengaku tak kuasa menahan getaran hatinya. "Naluri saya mengatakan memang di sinilah tempatnya," katanya tercekat.

Ilham yang menyaksikan detik-detik DN Aidit dijemput 'tamu tak diundang' pada malam 30 September 1965 itu mengaku memendam keinginan untuk menguburkan jenazah ayahnya ke tempat yang lebih layak. "Tapi mungkin belum bisa sekarang," katanya pelan. "Kami harus bersabar."

4 dari 4 halaman

Saksikan juga video menarik berikut ini:

Let's block ads! (Why?)

from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2nermIn