Pada 2011-2012 setelah Basyar al-Assad menolak proposal Turki untuk membangun pipa minyak dan gas alam antara Qatar dan Turki melalui Suriah, Turki beserta sekutunya menjadi 'arsitek utama dari konflik Suriah'. Proposal pipa gas itu jika diwujudkan maka akan memangkas pasokan gas dari Rusia ke Eropa yang selama ini didominasi oleh perusahaan gas Rusia Gazprom.
Dengan kondisi itu Timur Tengah kian tercabik-cabik lantaran rencana pipa minyak dan gas yang kemudian dibenturkan dengan memperuncing perbedaan keyakinan atau agama. Situasi itu tentu dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang menginginkan pergantian rezim yang nantinya lebih bersedia membuka jalur pipa minyak dan gas kepada para penawar tertinggi yang berkepentingan.
Pada 2012, Amerika, Inggris Prancis, Qatar dan Arab Saudi bersama Turki mulai membentuk, mempersenjatai, dan mengongkosi kaum pemberontak dari Pasukan Pembebasan Suriah (FSA), sesuai dengan rencana lama Amerika yang ingin memecah belah Suriah.
Negara-negara itu kemudian sepakat untuk memecah belah Suriah lewat agama sebagai jala buat menggulingkan Presiden Assad. Di saat yang sama Suriah bersama Iran dan Irak justru membahas pembangunan jalur pipa migas yang rencananya akan dimulai antara 2014 dan 2016 dari ladang minyak Iran South Pars melalui Irak lalu ke Suriah.
Jika itu terwujud maka jalur pipa migas itu akan dengan mudah diperpanjang ke Libanon dan dengan demikian mencapai Eropa, sebagai target pasar. Dengan demikian persoalan akses migas inilah, bukan isu sektarian atau agama, yang menjadi akar penyebab konflik di Suriah.
Namun yang lebih terlihat di panggung internasional, konflik ini adalah perseteruan Sunni-Syiah. Mengapa? Karena jika seluruh dunia tahu, orang-orang tidak akan mendukung kaum pemberontak seperti yang dilakukan Amerika, Saudi, dan koalisinya selama ini.
Berbagai media asal Amerika dan Eropa membanjiri dunia dengan pemberitaan soal kekerasan dan penderitaan rakyat Suriah serta para pengungsi di Eropa dan konflik agama, namun berita-berita itu tidak menyoroti akar konflik yang sebenarnya yaitu kepentingan ekonomi dan politik.
from Berita Hari Ini Terbaru Terkini - Kabar Harian Indonesia | Liputan6.com kalo berita gak lengkap buka link disamping http://bit.ly/2If6tpA
No comments:
Post a Comment