Liputan6.com, Jakarta - Siang itu, Rabu 2 September 2009, lindu berkekuatan magnitudo 7,3 menggoyang wilayah Jawa Barat, khususnya Tasikmalaya. Gempa tektonik yang terjadi pukul 14.55 WIB itu berpusat di laut sekitar 142 kilometer barat daya Tasikmalaya. Gempa bumi ini dirasakan di seluruh Pulau Jawa, bahkan hingga ke Pulau Bali.
Guncangan gempa bumi terkuat berada di selatan Cianjur, Garut, Kota Bandung serta sebagian Sukabumi dan Tasikmalaya berupa guncangan V-VI MMI. Kemudian IV-V MMI di Jakarta, Bogor, Pangandaran serta III-IV MMI di pesisir utara Jawa Barat, Banten, sebagian Jawa Tengah dan DIY.
Gempa ini juga dirasakan di Jawa Timur, Bali dan sebagian Lampung. Gempa tektonik tersebut terjadi akibat tumbukan lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia.
Akibat guncangan gempa bumi, beberapa saat setelah puncak gempa terjadi sebuah tebing perbukitan di Desa Cikangkareng, Cibinong, Cianjur longsor menimbun permukiman penduduk di Dusun Babakan Caringin. Sekitar lima hektare perkampungan itu tertimbun bebatuan dengan ukuran mulai dari sebesar kerikil hingga sebesar mobil.
Gempa bumi ini juga dinyatakan berpotensi tsunami oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sehingga dikeluarkan peringatan dini tsunami. Kemudian, tak beberapa lama peringatan itu dicabut setelah tsunami kecil setinggi 100 cm terpantau di pesisir Pameungpeuk, Garut, 20 cm di Pangandaran dan 15 cm di Palabuhanratu, Sukabumi.
Puluhan orang dilaporkan tewas dan ribuan orang lainnya dilaporkan mengalami luka-luka, dikarenakan gempa. Menurut Sigit Udjwalprana, Sekretaris Satuan Koordinasi dan Pelaksana Penanggulangan Bencana Jawa Barat, korban tewas di Jabar mencapai 73 orang dan 900 orang cedera.
Menurut data Rekapitulasi Dampak Kejadian Bencana Gempa Bumi Jawa Barat korban meninggal terbanyak yang ditemukan ada di Kabupaten Cianjur, yaitu 31 orang. Sementara itu sebanyak 1.254 orang mengalami luka-luka.
Akibat bencana ini sebanyak 63.717 rumah rusak berat dan 131.275 rumah rusak ringan. Sarana umum lain, seperti masjid yang mengalami rusak berat berjumlah 2.010 unit, sekolah dan madrasah rusak berat 1.089 unit, kantor rusak berat 232 unit, dan pondok pesantren sebanyak 19 unit.
"Jumlah total rumah yang rusak akibat gempa di Jawa Barat mencapai 148.469 rumah, meliputi 5.412 rumah rusak total, 43.239 rumah rusak parah, dan 99.818 rusak ringan," jelas petugas piket harian Satkorlak PB Provinsi Jawa Barat, Rano Harjaya.
Total puluhan ribu bangunan rumah maupun gedung perkantoran di Jakarta, Indramayu, Cianjur, Ciamis, dan Kuningan rusak. Sebuah rumah sakit dilaporkan mengalami kerusakan. Begitu juga dinding Plaza Semanggi Jakarta yang dilaporkan retak.
Terjadi pula gempa susulan berkekuatan magnitudo 4,9 pada pukul 16.28 WIB.Bahkan, terjadi gempa di Yogyakarta pada 7 September 2009 berkekuatan magnitudo 6,8 yang diperkirakan terkait dengan yang terjadi sebelumnya di Jawa Barat.
Gempa ini tidak menimbulkan kerusakan. Sebanyak 30 mahasiswa dari Malaysia di Indonesia turut membantu korban gempa di Jawa Barat, sebagai sularelawan mencari korban yang hilang.
Ciamis dan Tasikmalaya
Berdasarkan data dari Pusat Pengendalian Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kerusakan rumah akibat gempa Tasikmalaya itu tersebar di 10 kabupaten dan kota. Berdasarkan data itu, kerusakan terberat terjadi di Kabupaten Ciamis, dengan rincian sebanyak 5.085 unit rumah rusak berat dan 6.211 rumah rusak ringan.
Sementara itu, khusus untuk Tasikmalaya, kerugian yang diderita mencapai Rp 400 miliar. Hal itu mengemuka dalam rapat koordinasi untuk penanganan bencana yang dipimpin Wakil Bupati Hidayat dan Sekda Tasikmalaya Asep Ahmad Djaelani.
Data saat rapat koordinasi, jumlah korban meninggal dunia di Tasikmalaya 4 orang, 16 luka ringan, 60 luka berat. Rumah hancur mencapai 3.289 dan rusak biasa/ringan 6.325 unit. Masjid mencapai 103 buah yang hancur, sedangkan sekolah masih terus didata. Sementara madrasah 44 unit, balai desa 17, 6 kantor kecamatan, 1 gedung olah raga, dan 12 pondok pesantren yang rusak.
Kurang lebih ada 300 bangunan sekolah di Tasikmalaya yang mengalami kerusakan akibat gempa, di antaranya 44 madrasah, 237 sekolah dasar dan 163 ruangan kelas belajar di SMP/SMA roboh atau hancur.
"Hasil pendataan yang kita lakukan, ternyata kerusakan bangunan sekolah luar biasa besar. Kondisi ini, cukup mengagetkan kita," kata Sekda Asep Ahmad Djaelani.
No comments:
Post a Comment