Liputan6.com, Seoul - Penasihat senior Presiden Korea Selatan menyatakan frustrasi berat atas kebijakan Amerika terhadap Korea Utara, karena Amerika tidak membantu Korea Selatan memainkan peran sebagai penengah dalam perundingan dengan Pyongyang.
Jeong Se-hyun, penasihat presiden tentang masalah penyatuan kedua Korea mengatakan kepada VOA, Amerika juga mestinya menawarkan insentif lebih banyak kepada Korea Utara supaya menghentikan program senjata nuklirnya. Demikian dikutip dari VOA Indonesia, Senin (2/12/2019).
"Jangan berpura-pura menawarkan hadiah, tapi sebenarnya menggunakan ancaman," kata Jeong.
"Korea utara harus diberi 'hadiah' dulu," katanya, "dan kalau tidak berhasil barulah digunakan 'cambuk'."
Ancaman Rudal Korea Utara
Komentar Jeong itu keluar menjelang tenggat waktu yang diumumkan Korea Utara supaya Amerika menawarkan lebih banyak konsesi sebelum akhir tahun, sebagai syarat dilanjutkannya perundingan nuklir.
Korea utara mengancam akan melanjutkan percobaan misil balistik jarak jauh atau mengadakan percobaan senjata nuklir, kalau tidak ada konsesi itu.
Korea Utara juga mengecam Korea Selatan dan menyebutnya sebagai “penengah brengsek” dan menolak untuk ikut dalam berbagai proyek kerjasama antar-Korea.
Komentar Jeong itu merupakan kecaman langsung atas kebijakan Amerika, yang berbeda dengan pendapat kebanyakan pejabat Korea Selatan.
Pejabat Korea selatan sejak berbulan-bulan mengecam lambannya perundingan nuklir dan mengatakan, penolakan Amerika untuk melunakkan sanksi-sanksi atas Korea Utara telah menghambat usaha Korea Selatan memberlakukan perjanjian antar-Korea yang dicapai tahun 2018.
No comments:
Post a Comment